Rhoma Irama

Raja Dangdut Raden Haji Oma Irama, yang lebih dikenal sebagai Rhoma Irama, lahir pada 11 Desember 1946, adalah seorang penyanyi, musisi, penulis lagu, produser, dan aktor Indonesia keturunan Sunda. Dengan karir yang mencakup lebih dari lima dekade, Rhoma Irama memegang gelar sebagai penyanyi tertua yang masih aktif di Indonesia, lahir pada tahun 1946.

Kehidupan Awal dan Karier Perjalanan Rhoma Irama ke dunia hiburan dimulai ketika ia masih seorang anak. Lahir pada tahun 1946, ia mendapatkan pengakuan awal sebagai aktor cilik dalam film Djendral Kantjil, yang dirilis sekitar tahun 1958. Namun, di bidang musiklah Rhoma benar-benar menemukan panggilannya. Pada usia 11 tahun, ia sudah menjadi seorang penyanyi, gitaris, dan pemimpin band. Ia membentuk band Tornado bersama saudaranya, Benny Muharam, dan kemudian beralih ke band Gayhand. Keberagaman musikalitas Rhoma terlihat saat ia mengambil peran sebagai penyanyi utama, gitaris ritme, dan pemimpin band dalam berbagai proyek musik.

Karier musik Rhoma Irama mendapatkan momentum signifikan ketika ia membentuk bandnya, Soneta Group, pada tanggal 13 Oktober 1973. Dengan grup ini, ia mencapai kesuksesan besar di industri musik, memperkenalkan elemen-elemen inovatif ke dalam genre dangdut dengan menggabungkan pengaruh Barat, Melayu, dan Bollywood. Selama puncak ketenarannya pada tahun 1970-an, Rhoma Irama mendapatkan gelar “Raja Dangdut” dengan Soneta Group-nya.

Karier Musik Kontribusi Rhoma Irama terhadap musik Indonesia tak tertandingi. Ia tidak hanya merevolusi musik dangdut, tetapi juga memperkenalkan elemen-elemen rock, pop, musik India, dan orkestrasi ke dalam karyanya. Lagu-lagunya mencakup berbagai tema, termasuk agama, cinta remaja, cinta keluarga, patriotisme, kritik sosial, dan lain-lain. Musik Rhoma memiliki daya tarik yang luas bagi berbagai lapisan masyarakat.

Dedikasinya terhadap musik dan pertunjukan terlihat dari jumlah besar rekaman yang diproduksinya dan kerumunan penonton yang berhasil dihadirkannya. Konser-konser Rhoma Irama tidak terbatas pada Indonesia; ia juga tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei, sering kali menarik kerumunan hingga ada penonton yang pingsan akibat kerumunan yang berlebihan. Meskipun musiknya umumnya disebut sebagai dangdut, Rhoma lebih suka menyebutnya “irama Melayu.”

Pada tanggal 13 Oktober 1973, Rhoma memperkenalkan semboyan “Suara Muslim” yang bertujuan untuk memodernisasi musik Melayu dengan menggabungkan unsur-unsur rock dan melakukan improvisasi dalam aransemen, lirik, kostum, dan pertunjukan panggung. Kemampuannya untuk dengan lancar menggabungkan berbagai gaya musik memberikan setiap lagunya cita rasa yang unik.

Karier Akting Rhoma Irama tidak terbatas pada musik; ia juga mencatat prestasi di industri film. Banyak dari film-filmnya sukses secara komersial, bahkan beberapa di antaranya sudah laku keras sebelum selesai diproduksi. Ia menggunakan pendapatan dari film-filmnya untuk mendukung berbagai tujuan amal, termasuk masjid, panti asuhan, program pemuda, dan pembangunan desa.

Pengaruh Rhoma Irama juga meluas ke dunia politik. Pada masa awal rezim Orde Baru, ia menjadi tokoh penting dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), memilih untuk bersekutu dengan partai ini daripada Golkar yang didukung pemerintah. Kemudian, ia menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang mewakili konstituen seniman dan entertainer pada tahun 1993. Pada pemilihan umum tahun 2004, Rhoma juga berkampanye untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Rhoma Irama sempat mengenyam pendidikan di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, meskipun ia tidak menyelesaikannya. Ia pernah mengatakan bahwa belajar di luar negeri lebih menarik dan menantang baginya. Kontribusinya terhadap industri musik membuatnya menjadi subjek berbagai studi penelitian, dengan sekitar tujuh tesis tentang musiknya. Peneliti asing juga melakukan penelitian tentang popularitas dan pengaruh Rhoma Irama.

Pada Februari 2005, ia dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam bidang dangdut dari American University of Hawaii, meskipun penghargaan ini menuai keraguan karena universitas tersebut tidak diakreditasi di negara bagian Hawaii dan tidak memiliki mahasiswa di Amerika Serikat.

Warisan Rhoma Irama dalam musik dan hiburan Indonesia tak terbantahkan. Dengan lebih dari 1.000 lagu dan lebih dari 20 film di bawah namanya, ia meninggalkan tanda yang tak terhapuskan dalam lanskap budaya Indonesia. Pendekatannya yang inovatif terhadap musik dangdut, karier film yang sukses, dan keterlibatannya dalam politik menjadikannya tokoh budaya yang dihormati di Indonesia, meninggalkan tanda yang tak terhapuskan dalam lanskap seni nasional.

Kehidupan pribadi Rhoma Irama ditandai oleh pernikahan dan hubungan asmara. Ia menikahi Titiek pada tahun 1965, seorang Kristen yang kemudian menjadi Muslim setelah menikah. Pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada tahun 1971. Ia kemudian menikahi Veronica pada tahun 1971, seorang Kristen lain

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here