Ketika Dewa Rock Terpana Goyang Pinggul Penari Gurun

Apa jadinya kalau seorang legenda rock malah dangdutan? Sekarang mungkin ini hal biasa. Bahkan Ahmad Dani saja menyelipkan nuansa dangdut di lagunya Sedang Ingin Bercinta yang bisa bikin satu stadion penggemar rock ikut goyang jempol. Tapi di awal tahun 70-an ini nyaris mustahil terjadi. Di masa itu dangdut benar-benar dianggap musik kelas bawah kalau tidak mau disebut kampungan. Bahkan pernah ada masa ketika para headbanger alias penggila rock mencaci maki para peminat goyang jempol.

Ketegangan memuncak ketika Benny Soebardja, pentolan band rock Giant Steps yang banyak disebut sebagai Bapak Progressive Rock Indonesia, di tahun 70-an pernah mengejek Rhoma Irama dan dangdut sebagai musik “tai anjing.”

Nah bayangkan di tengah suasana tegang ini muncullah sebuah album dangdut dengan lagu andalan berjudul sama dengan nama albumnya: Zakia. Musiknya yang bernuansa dangdut ala irama padang pasir dan liriknya bercerita tentang seorang penari gurun pasir ternama yang goyang pinggulnya bikin semua orang terpana, membuat album ini heboh dan laris manis. Tapi yang sebenarnya jauh lebih mengejutkan adalah penyanyinya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sosok yang di masa itu saja sudah dikenal sebagai salah dewa rock Indonesia: Ahmad Syech Albar alias Ahmad Albar.

Ramailah hujatan dan caci maki diarahkan kepada sang rocker. Dia dianggap berkhianat dan melacurkan diri hanya demi nilai kontrak album yang ketika itu dianggap luar biasa tingginya. Tapi Iyek -panggilan akrab Ahmad Albar- tidak peduli dan terus saja melaju. Tidak tanggung-tanggung sang dewa rock juga mengajak teman gitarisnya di God Bless, Ian Antono, untuk ikut terlibat dalam album ini. Gokil!

Zakia dirilis tahun 1979 oleh Sky Records. Konon kabarnya ini adalah album yang dibuat sebagai jawaban atas hujatan banyak orang terhadap  dangdut yang dianggap kampungan. Ada 9 lagu di album ini, mayoritas digarap bersama oleh Ahmad Albar dan Ian Antono, kecuali satu lagu oleh M.Haris dan satu lagi oleh Titiek Puspa.

Yang membuat Zakia menarik perhatian bukan saja karena musiknya yang tetap didominasi gendang dangdut dan lengkingan suling, tapi juga garukan gitar rock dari Ian Antono. Sesuatu yang belum terbayang ketika itu. Bahkan beberapa lagunya juga menggunakan sitar yang mengingatkan pada The Beatles ketika mengejutkan dunia karena menggunakan alat musik India itu di salah satu album mereka.  Zakia berhasil menggoyang Indonesia ketika itu. Bukan tidak mungkin para pencaci dangdut ketika itu juga diam-diam ikut joget jempol sambil membayangkan goyang pinggul Neng Zakia, sang penari gurun ternama. Mau ikut joget juga, albumnya masih abadi sampai sekarang. Coba cari saja di layanan streaming musik yang populer saat ini.

Ahmad Albar pun patut masuk dalam catatan sejarah penting di dunia dangdut Indonesia bukan hanya karena album ini tapi juga karena beberapa tahun sebelum merilis album dangdutnya, ia terlibat dalam upaya mendamaikan para pecinta dangdut dan rock lewat konser bersama. Di penghujung tahun 1977 God Bless tampil sepanggung bersama Soneta Grup pimpinan Rhoma Irama di Istora Senayan.  Di panggung itulah sang Dewa Rock dan Raja Dangdut menutup konser bersama dengan saling berpelukan dan melepas burung merpati ke udara tanda perdamaian. Mungkin saat itu tak terbayangkan bahwa perjuangan mereka berujung pada menggilanya dangdut di Indonesia saat ini, sampai-sampai ada ungkapan “Dangdut is The Music of My Country.”

***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here