Pada tahun 1996, Pemuda Harapan Bangsa (PHB) dibentuk dengan tujuan mengisi acara orientasi studi (OSPEK) di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (Stisi) Bandung.
Setelah aktif selama 23 tahun, PHB dianggap sebagai legenda dalam sejarah musik orkes Indonesia, sejajar dengan legenda orkes nasional Pancaran Sinar Petromaks (PSP) dan Pengantar Minum Racun (PMR).
PHB lahir di tengah perkembangan gaya hidup subkultur yang ditandai oleh tren musik cadas yang menghasilkan band-band beraliran distorsi.
Misi utama mereka lebih berfokus pada unsur komedi dan kreativitas yang berasal dari kepribadian yang unik dari para personelnya.
Awalnya, mereka sempat menggunakan nama-nama seperti “Orkes Kurang Gizi” dan “Orkes Moral Irama Teler,” mirip dengan Pengantar Minum Racun.
Pemilihan nama Pemuda Harapan Bangsa mencerminkan karakter para personel yang kreatif dan penuh keisengan.
Mereka memulai perjalanan musik mereka saat mengikuti OSPEK di Stisi Bandung, di mana mereka tampil beda dengan orkes daripada band yang populer saat itu.
Meskipun acara OSPEK pertama mereka terhenti akibat hujan, PHB terus berkembang dan mendapatkan perhatian ketika mereka tampil di luar kampus.
Meskipun awalnya kurang penonton, penampilan mereka selama hujan deras membuat mereka viral, dan undangan untuk tampil di berbagai acara anak muda mulai berdatangan.
Pada tahun 1998, mereka serius masuk ke dunia rekaman dengan pendanaan terbatas dan merilis album indie pertama mereka, “Orkesnisasi,” yang sangat sukses di kalangan mahasiswa baru.
Mereka dikenal sebagai Raja Pensi karena sering mengisi acara-acara sekolah dan kampus.
Meskipun diminati oleh anak muda, mereka kesulitan diterima oleh stasiun radio karena aliran musik mereka yang berbeda, namun mereka tetap mempertahankan eksistensinya.
Album pertama mereka “Orkesnisasi” dirilis pada tahun 2001 dan sukses besar.
Album kompilasi Viking Persib I tahun 2002, dengan lagu “Maung Lautan Api,” semakin meningkatkan popularitas PHB.
Mereka melanjutkan dengan album “Say No To Drum” pada tahun 2003 dan “Modal Dengkul” pada tahun 2008.
Pada tahun 2019, mereka merilis album “Tua-tua Keledai” dengan desain kemasan yang unik, termasuk saset kopi Arabica Gununghalu dengan label PHB. Semua ini merupakan sejarah panjang perjalanan PHB dalam dunia musik orkes di Indonesia.