Bambang Surono, yang kini dikenal sebagai Bams DKW9, telah mencuri perhatian publik dengan kesamaan wajahnya dengan mendiang maestro campur sari, Didi Kempot. Sebagai anak Jawa Tengah, Bambang meneruskan tradisi musik dari tanah kelahirannya. Dikenal sebagai The Godfather of Broken Heart, Bambang Surono menggabungkan kecintaannya pada musik dengan menggunakan nama panggung yang mencerminkan penghargaan kepada mendiang Didi Kempot, yakni Bams DKW9 (Bambang Surono Didi Kempot Kualitas 9).
Bams DKW9 baru-baru ini merilis karyanya yang berjudul “Mangku Sinden” di bawah label Ascadamusik. Lagu ini mempersembahkan kisah tentang seseorang yang memuja Sinden atau penyanyi dalam sebuah pertunjukan. Dengan musik yang mengalun indah, Bams DKW9 berhasil menyampaikan nuansa pengaguman dan kekaguman terhadap seni vokal tradisional.
Kelahiran Bambang Surono di Semarang, Jawa Tengah, pada 16 Januari 1977, menandakan akar yang kuat dalam dunia musik Jawa. Kedua orangtuanya sebagai seniman keroncong memberikan pengaruh besar dalam membentuk cinta Bambang terhadap musik. Sejak kecil, musik telah menjadi bagian integral dari hidupnya, dan hobinya menyanyi terus berkembang.
Aktif di media sosial, Bambang sering membagikan penampilannya dengan publik, menunjukkan kepiawaiannya dalam menyanyikan lagu-lagu keroncong dan campur sari. Gaya panggungnya yang sering menampilkan beskap dan blankon Jawa menciptakan kemiripan visual dengan gaya yang sering dikenakan oleh Didi Kempot.
Bams DKW9, dengan keahliannya dan kesamaan dengan mendiang Didi Kempot, membawa semangat musik campur sari dan keroncong ke generasi baru. Dengan dedikasinya terhadap warisan budaya Jawa, Bams DKW9 tidak hanya menjadi seniman yang diakui tetapi juga penerus yang memelihara tradisi musik yang kaya dan berharga.